Tampilkan postingan dengan label Sains. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sains. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Agustus 2010

Terpecahkan, Misteri Segitiga Bermuda


Segitiga Bermuda

Misteri Segitiga Bermuda akhirnya terpecahkan. Buang jauh-jauh spekulasi alien, anomali waktu, dan fenomena aneh lain di wilayah antara Bermuda, Miami dan Puerto Rico itu.

Berdasar penelitian yang dimuat American Journal of Physics, menghilangnya kapal dan pesawat disebabkan gas alam yang menyembur di perairan itu. Gas itu berjenis methana, serupa dengan gas yang digunakan di rumah tangga untuk memanaskan oven dan mendidihkan air.

Profesor Joseph Monaghan dari Monash University di Australia mengatakan gelembung besar gas yang menyembur dari dasar laut bukan fenomena tunggal. Selain di Segitiga Bermuda, gas juga menyembur di Laut Jepang dan Laut Utara.
Methana, yang biasanya beku di bawah tekanan gas hydrates di dasar samudra, dapat berubah jadi gelembung besar yang naik ke permukaan samudra. "Saat sampai di permukaan, gelembung akan membumbung ke angkasa," kata Monaghan.

Menurutnya, semua kapal yang terkena gelembung raksasa ini akan kehilangan daya apung dan tenggelam ke dasar samudra. "Gelembung yang memiliki tekanan lebih besar, juga dapat menghajar pesawat tanpa peringatan," katanya. Dampak ke pesawat adalah kehilangan daya kerja mesin dan jatuh seketika.



sumber:Tempointeraktif

Kamis, 26 November 2009

Dunia Tanpa GPS?

Dunia tanpa GPS? Ketika mendengar berita bahwa satelit-satelit GPS hampir runtuh, maka kita bertanya-tanya bagaimana jadinya kalau GPS hilang. Bagi generasi tua yang pernah hidup tanpa alat penunjuk jalan itu, seharusnya tidak menjadi masalah. Tapi tidak terbayangkan untuk hidup tanpa GPS.

Beberapa penemuan, sekalipun awalnya hanya dikembangkan untuk tujuan-tujuan militer, ternyata menjadi gagasan cemerlang. Setelah diperkenalkan di pasar langsung mendapat sambutan antusias.

Internet adalah salah satu contohnya, termasuk sebuah penemuan baru. Tapi siapa di dunia moderen ini yang bisa membayangkan hidup tanpanya?

Sama halnya dengan penemuan Amerika Global Positioning System atau disingkat GPS. Sistem yang menggunakan 30 buah satelit yang mengitari bumi ini dilansir baru tahun 1995. Tapi sekarang sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari.

Bahkan kita sudah tidak bisa menghindar darinya. Publik menggunakan pada alat navigasi atau penunjuk jalan di mobil dan juga di HP. Tapi ternyata penerapannya jauh lebih luas lagi.

Keamanan
Sangat berguna dan aman bagi penerbangan. Setiap saat, pilot bisa tahu posisi pesawatnya; ketinggiannya, kecepatannya, sudut penukikan atau kenaikan. Tidak diragukan lagi, sangat berguna bagi dunia penerbangan.

Di zaman lalu-lintas penerbangan yang sangat ramai, maka pengaturannya hanya bisa dilakukan dengan bantuan GPS.

Lebih dari itu, GPS juga memiliki peran dalam penelitian iklim bumi. GPS bisa membantu memetakan perubahan arah badai di samudra-samudra. Contohnya: pada badai el Nino, atau untuk membelokkan arus gelombang panas.

Dengan bantuan ribuan bola apung yang dilengkapi dengan antena GPS yang ikut bergerak dengan gelombang laut.

Posisi hewan
Para peternak biri-biri di Australia, yang memiliki ribuan ternak di wilayah yang sangat luas, terbantu dengan GPS. Mereka bisa mengetahui posisi setiap hewan ternaknya karena dilengkapi pemancar GPS.

Peta-peta wilayah atau atlas bisa diibuat sangat rinci dan cepat. Operasi penyelamatan di wilayah-wilayah terpencil, mustahil bisa sukses tanpa bantuan sistem penunjuk lokasi ini.

Tingkat kesuburan lahan pertanian pun bisa dipaparkan secara rinci. Dengan menancapkan antena sensor GPS di setiap sepuluh meter lahan, petani bisa mengetahui kondisi tanah. Dengan demikian dia bisa tahu pupuk apa yang cocok dan hama apa yang harus diberantas.

Dia juga tahu bersis berapa banyak pestisida yang harus dipakai. Penggunaan pestisida yang tidak berlebihan, berarti ramah lingkungan dan lebih hemat.

Human Error
Sistem ini awalnya hanya ditujukan sebagai navigasi atau penunjuk jalan. Mungkin saja manusia bisa hidup tanpa sistem ini. Bukankah manusia sudah ribuan tahun, hidup tanpa alat ini. Kalau ingin tahu posisi tinggal melihat bintang, itu teorinya dahulu.

Perlu disadari pula bahwa navigasi ini bisa juga membuat kesalahan besar. Bagaimanapun juga ini adalah buatan manusia. Walaupun di setiap kapal dan pesawat dilengkapi dengan GPS, tapi masih membutuhkan petugas navigator.

Hanya ada satu kesimpulan: Dunia tidak mungkin lagi tanpa GPS, kita tidak mau kehilangan.

Untung saja satelit-satelit itu tidak akan jatuh begitu saja. Sekarang sudah disiapkan cadangannya. Eropa dengan sistem Galileo-nya dan kerjasama Rusia dan India menggarap Glonass.

Harapannya, semoga saja Presiden Barack Obama tetap tegas dalam urusan pemeliharaan sistem 'NAVSTAR', nama resmi dari GPS ini. Kalau tidak, dunia bisa kehilangan arah.

Sumber; Radio Netherland

Minggu, 13 September 2009

Antibiotika pada Ternak Picu Kekebalan Bakteri

Para peneliti maupun praktisi kedokteran dewasa ini mencemaskan semakin banyaknya bakteri yang kebal antibiotika. Penyebabnya, selain penggunaan yang tidak rasional, juga penggunaan antibiotika di sektor peternakan.

Para ilmuwan memperingatkan, sejak beberapa tahun terakhir ini semakin banyak bakteri yang kebal terhadap satu atau beberapa jenis antibiotika. Sementara yang juga mencemaskan adalah kenyataan sedikitnya riset dan pengembangan jenis antibiotika baru. Dengan tegas para ilmuwan mengatakan, harus segera diambil langkah cukup serius, untuk menjamin agar beberapa jenis antibiotika yang masih ampuh tetap efektif untuk jangka panjang.

Sejauh ini, di Amerika Serikat, kasus kekebalan bakteri lazimnya terjadi di rumah-sakit. Hal itu muncul karena persilangan antar bakteri yang sudah multi resisten terhadap antibiotika. Setiap tahunnya di AS saja sedikitnya tercatat 94 ribu kasus infeksi bakteri Staphylococcus yang kebal terhadap hampir semua antibiotika yang disebut MRSA yang ditularkan di rumah sakit. 18 ribu pasien meninggal akibat terinfeksi MRSA ini.


Konsumsi Daging

Namun di akhir tahun 90-an muncul kasus baru, yakni infeksi bakteri yang kebal antibiotika pada sejumlah remaja dan atlit yang tidak memiliki riwayat pernah dirawat di rumah sakit. Artinya, kemungkinan kasus infeksi nosokomial pada mereka sama sekali dapat dihapuskan. Diduga, Para remaja dan atlit itu tertular bakteri kebal antibitotika akibat mengkonsumsi daging dari peternakan yang mempraktekan pemberian antibiotika pada hewan ternaknya. Karena itu, para ilmuwan juga mendesak agar praktek pemberian antibiotika pada hewan ternak segera dihentikan. Juga Organisasi Kesehatan Dunia WHO sudah merekomendasikan dihentikannya praktek di peternakan yang berdampak merugikan kesehatan manusia ini.


Memacu Pertumbuhan Ternak
Para peternak biasanya memberikan antibiotika pada hewan peliharaannya, dengan tujuan agar hewan ternaknya, seperti sapi, babi, kalkun atau ayam tidak mudah diserang penyakit dan tumbuh lebih cepat serta lebih gemuk. Dr. Donald Morris pimpinan bagian Ancaman Bahaya Penyakit Baru di Universitas Florida menjelaskan mengapa pemberian antibiotika pada hewan ternak harus dihentikan.“Hal ini memicu peningkatan kekebalan, karena kita menggunakan dosis rendah tertracyclin atau antibiotika lainnya. Sekali lagi, hal ini merupakan pengobatan yang tidak optimal, yang berarti tidak cukup mengobati binatangnya. Yang dilakukan adalah sedikit mendorong tingkat pertumbuhan. Tapi hal itu juga menciptakan situasi yang secara evolusi merangsang peningkatan kekebalan secara cepat dari antibiotika yang kita gunakan.“

Bakteri-bakteri yang tidak mati oleh antibiotika bersangkutan, akan mulai mengembangkan kekebalannya. Juga trilyunan bakteri lainnya yang melakukan kontak dengan bakteri yang kebal antibiotika itu, mengambil alih kekebalan dengan cara melakukan pertukaran kode genetiknya. “Salah satu fakta yang kami temukan dalam dekade terakhir ini, adalah pertukaran DNA secara luar biasa diantara spesies bakteri. Itu terjadi sepanjang waktu. Persilangannya tidak pilih-pilih lagi,“ Dr. Morris membeberkan.

Bakteri Multi Resistan
Bakteri dapat melakukan reproduksi dalam waktu amat cepat, rata-rata 10 menit sekali. Dengan begitu perkembangan evolusi bakteri dalam setahun, setara dengan perkembangan evolusi semua primata di dunia. Demikian perhitungan sebuah institut kedokteran di AS. Penelitian juga menunjukan, di peternakan ayam yang memanfaatkan antibiotika tetracyclin sebagai campuran pakan, juga ditemukan adanya bakteri yang kebal antibiotika tersebut. Sekarang, untuk pertama kalinya para peneliti kedokteran AS menemukan bakteri Staphylococcus yang kebal terhadap hampir semua antibiotika - MRSA di beberapa peternakan babi. Bahkan di sebuah peternakan, sekitar 70 persen babi dan 70 persen pekerja di peternakan babi ini positif mengidap MRSA.

Dr. Tara Smith yang bekerja dalam proyek penelitian di peternakan babi yang positif mengidap MRSA mengatakan, “Kami tidak tahu apa yang terjadi di sana, karena belum ada kasus nyata. Ini merupakan bakteri yang belum aktif di dalam tubuh babi, jadi tidak menimbulkan penyakit. Tapi bakteri itu dapat menjadi masalah bagi manusia yang terpapar. Kami belum memiliki acuan untuk perbandingan kasusnya. Kemungkinan bakterinya sudah muncul 20 atau 30 tahun lalu, hanya saja kami belum menemukannya.“


Sudah Mennyebar di Pasaran
Dr. Tara Smith juga mengungkapkan, bakteri yang kebal antibiotika ditemukan pada produk daging yang amat beragam. Di Belanda misalnya, bakteri yang kebal bermacam antibiotika ditemukan pada sekitar 12 persen daging yang dijual di pasaran. Jumlah sampel penelitian amat besar, meliputi sekitar 2200 produk daging. Sekitar 34 persen produk daging kalkun dan 16 persen produk daging ayam mengandung bakteri yang kebal antibiotika tersebut. Sementara penelitian di negara bagian Luoisana di AS menunjukkan, enam persen dari 120 produk daging sapi dan daging babi, positif mengandung bakteri yang kebal beberapa jenis antibiotika.



Larangan Penggunaan Antibiotika

Pertanyaannya, apakah produk daging olahan merupakan sumber penyebaran bakteri yang kebal antibiotika? Untuk menjawabnya Universitas Florida melakukan penelitian pemanfaatan antibiotika lainnya, Vancomycin. Dr. Donald Morris mengatakan, di AS antibiotika Vancomycin hanya diizinkan untuk mengobati manusia, dan dilarang untuk dijadikan campuran pakan ternak. Sementara di Eropa, Vancomycin diizinkan dicampurkan pada pakan ternak.

Penelitian di Denmark, dengan melarang penggunaan beberapa jenis antibiotika sebagai campuran pakan ternak, menunjukkan hasil signifikan. Dalam arti, terlihat penurunan kasus kekebalan bakteri terhadap antibiotika bersangkutan. Namun Dr.Stuart Levy. Direktur pusat genetika adaptif dan resistensi obat di Universitas Tuft di Boston menjelaskan, jika bakteri sudah mengembangkan kekebalan terhadap antibiotika, diperlukan upaya dan waktu cukup lama untuk menurunkan kembali tingkat kekebalannya di dalam populasi manusia.

Mengantisipasi ancaman meningkatnya kekebalan bakteri pada hampir seluruh antibiotika yang ada di pasaran, WHO sudah merekomendasikan penghentian pemberian antibiotika sebagai pakan ternak. Juga Uni Eropa sudah melarang penggunaan antibiotika sebagai pendorong pertumbuhan hewan ternak. Namun masih banyak yang meragukan ancaman bahaya ini, dan menolak mengikuti rekomendasi maupun larangan.

Sumber: Radio Jerman

Selasa, 21 Juli 2009

Produksi Unsur Kimia Dengan Cara Biologis

Bakteri selama ini dipandang sebagai musuh manusia. Namun Kini para peneliti hendak memanfaatkan mikroorganisme untuk memproduksi unsur kimia lewat proses yang bersahabat dengan lingkungan.

Bakteri biasanya diasosiasikan dengan penyakit. Padahal fungsinya bagi manusia di Bumi tidak bisa digantikan oleh organisme lain. Bila tidak ada bakteri, dunia pasti sudah penuh tumpukan sampah organik maupun an-organik. Bakterilah yang menguraikannya, mengubahnya menjadi unsur lain atau menciptakan unsur baru. Mikroorganisme ini adalah bagian amat penting dari sirkulasi materi di Bumi. Namun diakui, masih banyak fungsi dan mekanisme kerja mikroorganisme ini yang belum diketahui dengan pasti. Karena itu para peneliti secara intensif kini melakukan riset, untuk memanfaatkan bakteri untuk tujuan lebih luas lagi. Misalnya untuk menguraikan bahan beracun dan berbahaya. Atau untuk membantu produksi unsur kimia lewat proses yang ramah lingkungan.

Di dalam gua Pauline sepanjang tahun suhunya stabil rata-rata 6 derajat Celsius. Lokasinya terletak di kawasan pegunungan kapur sekitar dua jam perjalanan bermobil di luar ibukota Austria, Wina.

Christa Schleper, pakar mikrobiologi dari departemen untuk Ekogenetik di Universitas Wina bersama asistennya Maria Tourna merayap memasuki gua lewat jalan masuk yang sempit dan rendah. Untuk bekerja di dalam gua Pauline, keduanya harus memakai helm pengaman yang dilengkapi lampu. Apa yang dicari Christa Schleper di dalam gua kapur itu? Ia berada di dalam gua untuk melakukan penelitian ilmiah. Christa Schleper mengatakan : “Kami mencari mikroorganisme, atau yang disebut biofilm, yakni rangkaian koloni mikroorganisme seperti lendir bakteri.“

Koloni bakteri bersel satu itu akan diteliti lebih intensif lagi di laboratorium. Christa Schleper hendak mengenali bakteri apa yang ada dalam koloni itu? Bagaimana caranya mereka tetap bisa hidup di dalam gua yang tandus seperti itu? Dan produk metabolisme apa yang mereka buang? Dengan mata yang terlatih, para ilmuwan itu pelan-pelan menelusuri dinding gua kapur bersangkutan. Dan menemukan noktah hitam pada batuan. Christa Schleper mengatakan, inilah biofilm yang dimaksud, yang akan diambil sampelnya.

Dengan menggunakan semacam sendok dari logam, pakar mikrobiologi ini mengerok lapisan bakteri berwarna kelabu dari atas batuan, dan memasukkannya ke dalam tabung plastik suci hama. Yang amat menarik dalam mikrobiologi, sebagian besar mikroorganisme ini belum kami kenal“, ujar Schleper.

sumber:Radio Jerman Deutche Welle

Senin, 06 April 2009

Batere dari Virus

Batere dan virus? Apa hubungannya? Begini, para ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT) telah merekayasa sebuah virus yang dapat membentuk sebuah batere. Jika ini terwujud, berarti teknologi batere yang benar-benar ramah lingkungan (green battery) sudah tiba.

Disebutkan, batere yang terbuat dari virus itu dapat digunakan untuk mendayai perangkat elektronik mungil, seperti ponsel dan MP3 player. Di masa depan, mereka juga akan dapat dipakai untuk memotori mobil. Virus M13 yang dipakai untuk membuat batere ini hanya menginfeksi bakteri, jadi tidak berbahaya untuk manusia.

Penemuan ini merupakan pengembangan dari sebuah riset yang dilakukan tiga tahun lalu ketika tim MIT secara genetika telah membentuk virus-virus yang dapat membangun sebuah anoda dengan cara melapisi dirinya dengan kobalt oksida dan emas dan membangun dirinya sendiri untuk membentuk sebuah nanowire. Batere biasa memiliki dua anoda, satu terminal positif (seringkali dibuat dari kobalt dioksida) dan sebuah terminal negatif (seringkali terbuat dari grafit).

Para peneliti MIT melakukan riset tersebut dan berfokus pada pembangunan sebuah katoda yang dapat dipasangkan dengan anoda. Tugas ini tidak mudah, tetapi pada akhirnya para ilmuwan dapat membuat virus-virus yang melapisi dirinya sendiri dengan besi fosfat, lalu menempel ke carbon nanotubes untuk menciptakan sebuah jaringan dari bahan yang amat konduktif. Elektron-elektron dapat berjalan di sepanjang carbon nanotubes ke jaringan besi fosfat dengan sangat mudah, yang berarti mentransfer energi dalam waktu yang amat singkat.

Dengan menggunakan pengembangan ini, para peneliti telah menciptakan batere berukuran koin. Menurut uji lab, batere ini bisa diisi ulang dan digunakan minimal 100x tanpa mengurangi kapasitasnya. Memang daya tahan siklus pengisiannya masih kalah dibandingkan batere Li-ion, tetapi diharapkan batere ini bisa bertahan lebih lama.

Sumber : www.kompas.com

Kamis, 02 April 2009

Ancaman Bahaya Sampah Luar Angkasa

Sekitar 18.000 pecahan benda langit buatan manusia kini memenuhi kawasan orbiter dekat Bumi. Ancaman bahaya dari sampah luar angkasa semacam itu bagi misi luar angkasa semakin besar.

Era penjelajahan ruang angkasa sudah berumur lebih dari 50 tahun. Konsekuensi logisnya, jumlah sampah benda langit di atmosfir Bumi juga terus bertambah. Berapa banyak sampah luar angkasa ini yang mengorbit atmosfir Bumi tidak diketahui pasti. Taksirannya hingga sekitar 18.000 pecahan benda langit buatan manusia dengan diameter beragam, menjadi sampah di luar angkasa. Akibat penuh sampah, peristiwa kecelakaan benda langit menabrak satelit bukan lagi hal yang luar biasa.

Bahkan pada tanggal 12 maret lalu Stasiun Ruang Angkasa Internasional-ISS nyaris ditabrak sebuah pecahan benda langit yang diameternya hanya 0,8 sentimeter tapi memiliki kecepatan 30.000 km per jam. Menimbang ancaman bahayanya, para astronot yang berada di ISS terpaksa berlindung di kapsul Soyuz, yang dapat segera melakukan manuver melepaskan diri dari ISS jika terjadi bahaya. Menyikapi makin banyaknya sampah di atmosfir Bumi itu, upaya yang kini dilakukan lembaga antariksa berbagai negara dibagi tiga kategori besar, mencegah, mengawasi dan memusnahkannya.

Pemeo lama masih tetap berlaku, mencegah lebih baik daripada mengobati. Mencegah jangan sampai diproduksi terlalu banyak sampah di luar angkasa, lebih baik dan lebih murah ketimbang membersihkannya. Carsten Wiedemann dari Institut untuk Sistem Penerbangan dan Luar Angkasa di Universitas Teknik Braunschweig melontarkan prakiraan suram, jika program peluncuran benda langit ke atmosfir Bumi tetap dilakukan seperti saat ini. Dalam arti meluncurkan dan membiarkan sampah-sampah berukuran kecil berkeliaran di atmofir dekat Bumi. Di masa depan, tidak mungkin lagi meluncurkan wahana ruang angkasa ke kawasan orbiter dekat Bumi itu.

Juga ancaman bahaya tumbukan benda langit yang jatuh ke Bumi semakin besar. Wiedemann menjelaskan lebih lanjut : “Bagi kawasan orbit dekat Bumi, dimana konsentrasi sampah luar angkasa amat padat, dan juga kemungkinan tabrakan sangat tinggi, kami menyarankan agar dilakukan upaya pencegahan. Pencegahan ledakan yang tidak diinginkan, dapat dilakukan dengan cara pasif. Dalam arti, potensi sumber letusan, seperti sisa bahan bakar atau baterai, dibuang dan dikosongkan muatan listriknya. Dengan begitu, tidak ada lagi sumber energi yang tersisa setelah berakhirnya aktivitas satelit.“

Ledakan tidak diinginkan pada roket peluncur yang tertinggal di luar angkasa, merupakan kasus paling banyak yang memproduksi sampah berukuran kecil dalam jumlah cukup banyak di luar angkasa. Sampah lainnya adalah sisa bahan bakar padat, limbah cair yang membeku serta pecahan satelit. Seberapa besar volume sampah di luar angkasa itu, tidak ada yang tahu persis. Sebab perangkat radar di Bumi hanya bisa mendeteksi sampah benda langit yang ukurannya minimal sebesar bola sepak.
Sumber:Deutsche Welle

Selasa, 18 November 2008

Cara Kerja Otak Kita!

Coba anda perhatikan gambar diatas dan ikuti instruksi ini:
Fokuskan pandangan anda pada bulatan warna pink yang berkedip dan ikuti perputarannya. Apa yang terjadi? Yang terjadi adalah mata anda akan menangkap perputaran dari bulatan warna pink itu searah jarum jam.

Nah sekarang coba anda jangan menatap langsung ke bulatan pink yang berkedip itu tapi coba fokuskan mata anda pada tanda + ditengah lingkaran!
Apa yang terjadi?
Sekarang mata anda tidak lagi melihat bulatan pink yang berkedip itu berwarna pink melainkan berwarna hijau!!!

nah dari kenyataan itu kita mendapatkan suatu pelajaran berharga bahwasanya apabila kita mempunyai suatu masalah, misalnya, dan kita terus aja fokus kepada masalah itu, maka yang akan terjadi adalah bahwa masalah itu akan tetap nampak sebagai masalah bagi kita. Namun apabila kita menghindar dari memfokuskan hidup kita pada masalah yang ada dan berupaya fokus kepada hal-hal lain yang bersifat positif, maka yang akan terjadi adalah masalah anda itu tidak akan nampak lagi sebagai suatu masalah bagi kita, karena demikianlah cara kerja otak kita didalam menangkap sinyal yang dikirimkan oleh indera kita.