Rabu, 29 Juli 2009

Ternyata, Makanan Organik Tak Selamanya Sehat

Makanan organik yang gencar dipromosikan sebagai makanan sehat, nyatanya tidak tidak lebih sehat dari makanan biasa. Demikian kesimpulan hasil studi yang diadakan di Inggris.

Para peneliti dari London School of Hygiene & Tropical Medicine mengatakan, konsumen membayar lebih mahal untuk membeli makanan organik karena berharap mendapatkan manfaat kesehatan lebih dari makanan yang mereka konsumsi. Pasar makanan organik secara global mencatat penjualan keuntungan sekira USD48 miliar pada 2007.

Review sistematis yang dibeberkan dalam 162 makalah ilmiah yang dipublikasikan bertahap selama 50 tahun, memberikan kesimpulan yang sama, bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kandungan gizi dalam makanan organik dan makanan biasa.

"Sejumlah kecil perbedaan dalam kandungan nutrisi yang ditemukan dalam makanan organik dan yang bukan organik tidak terlalu signifikan. Kandungan gizi dalam makanan organik pun tidak terlalu berdampak baik pada kesehatan seperti yang gencar dipromosikan," kata salah satu ilmuwan Alan Dangour, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (30/7/2009).

"Review kami menunjukkan bahwa tidak ada bukti kuat bahwa makanan organik memiliki kandungan gizi yang lebih baik dari makanan biasa," tambahnya.

Saat ini penjualan makanan organik mulai menurun di beberapa negara, termasuk Inggris sebagai negara yang pertamakali mempublikasikan hasil riset ini.

Data dari Soil Association pada bulan April mengatakan, pertumbuhan penjualan produk makanan organik di Inggris melambat sebesar 1,7 persen di 2008. Angka ini menurun dari rata-rata pertumbuhan tahunan yang sebelumnya bercokol pada angka 26 persen selama hampir sepuluh tahun terakhir.(srn)

Sumber:okezone.com

Senin, 27 Juli 2009

Mengatasi Bau Kaki

Masalah kesehatan yang satu ini bukan hanya mengganggu orang yang bersangkutan, tapi juga bisa mengganggu orang-orang disekitarnya. Semua orang pasti tidak ingin memiliki masalah yang satu ini, selain mengganggu bau kaki juga bisa menurunkan kepercayaan diri seseorang.

Bau kaki biasanya disebabkan oleh kaki yang berkeringat sehingga menyebabkan bakteri dapat tumbuh dengan cepat, karena lingkungan yang lembab merupakan tempat yang optimal untuk pertumbuhan bakteri.

Untuk menghindari bau kaki, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Salah satunya adalah menggunakan kaus kaki yang berbahan katun, karena bisa menyerap keringat dan membuat kaki bisa bernafas lebih baik dibandingkan bahan sintetik. Sepatu kulit atau sandal masih lebih bagus dibandingkan dengan bahan sintetik.

Gantilah sepatu secara teratur kalau bisa setiap hari, ini dilakukan untuk memberikan kesempatan pada sepatu bernafas dan mengeringkannya. Belilah pembersih sepatu dan scrub kaki secara teratur.

Tapi, jika sudah memiliki masalah dengan bau kaki, ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk menghilangkannya, seperti dikutip dari Health911, Selasa (28/7/2009) sebagai berikut:

1. Gunakan Tawas. Campurkan satu sendok teh tawas dengan air sampai mencapai mata kaki, lalu rendam kaki selama 30 menit, setelah selesai bilas kaki dengan menggunakan air bersih. Ulangi setiap 4 hari sekali, dalam sebulan masalah bau kaki akan berkurang.

2. Spray Antiperspirant. Antiperspirant akan mengurangi keringat pada kaki yang bisa menyebabkan bau kaki, dan jika memiliki kaki pecah-pecah bisa juga dihilangkan dengan antiperspirant. Namun, untuk beberapa orang atiperspirant bisa menyebabkan iritasi kulit.

3. Gunakan sari cuka apel. Untuk mengontrol bau kaki, rendamlah kaki beberapa kali dalam seminggu dengan mencampurkan sari cuka apel dengan air hangat.

4. Baking soda. Menaburkan baking soda ke dalam sepatu untuk menyerap kelembaban dan juga bau yang ditimbulkan dalam sepatu.

5. Cucilah kaki setiap hari dengan menggunakan sabun antibacterial. Pastikan kaki sudah dalam keadaan benar-benar kering sebelum menggunakan sepatu atau sandal, karena kaki yang masih lembab memudahkan bakteri untuk berkembang biak.

6. Panaskan seperempat air dalam teko teh dengan lima sachet teh. Setelah airnya dingin rendam kaki dengan air teh tersebut selamam 30 menit. Zat tannin yang terkandung dari teh akan bersifat sebagai astringent yang akan mencegah kaki berkeringat.

7. Konsumsi zink atau pastikan mengkonsumsi setidaknya 15 miligram multi vitamin. Zink akan membuat kulit lebih resistan terhadap bakteri yang menyebabkan bau kaki. Namun, jangan berlebihan dalam penggunaannya, tidak boleh lebih dari 15 miligram, karena kadar zink yang tinggi akan mengganggu penyerapan zat besi.

Segera bebaskan diri dari bau kaki.

Sumber: detikHealth

Selasa, 21 Juli 2009

Produksi Unsur Kimia Dengan Cara Biologis

Bakteri selama ini dipandang sebagai musuh manusia. Namun Kini para peneliti hendak memanfaatkan mikroorganisme untuk memproduksi unsur kimia lewat proses yang bersahabat dengan lingkungan.

Bakteri biasanya diasosiasikan dengan penyakit. Padahal fungsinya bagi manusia di Bumi tidak bisa digantikan oleh organisme lain. Bila tidak ada bakteri, dunia pasti sudah penuh tumpukan sampah organik maupun an-organik. Bakterilah yang menguraikannya, mengubahnya menjadi unsur lain atau menciptakan unsur baru. Mikroorganisme ini adalah bagian amat penting dari sirkulasi materi di Bumi. Namun diakui, masih banyak fungsi dan mekanisme kerja mikroorganisme ini yang belum diketahui dengan pasti. Karena itu para peneliti secara intensif kini melakukan riset, untuk memanfaatkan bakteri untuk tujuan lebih luas lagi. Misalnya untuk menguraikan bahan beracun dan berbahaya. Atau untuk membantu produksi unsur kimia lewat proses yang ramah lingkungan.

Di dalam gua Pauline sepanjang tahun suhunya stabil rata-rata 6 derajat Celsius. Lokasinya terletak di kawasan pegunungan kapur sekitar dua jam perjalanan bermobil di luar ibukota Austria, Wina.

Christa Schleper, pakar mikrobiologi dari departemen untuk Ekogenetik di Universitas Wina bersama asistennya Maria Tourna merayap memasuki gua lewat jalan masuk yang sempit dan rendah. Untuk bekerja di dalam gua Pauline, keduanya harus memakai helm pengaman yang dilengkapi lampu. Apa yang dicari Christa Schleper di dalam gua kapur itu? Ia berada di dalam gua untuk melakukan penelitian ilmiah. Christa Schleper mengatakan : “Kami mencari mikroorganisme, atau yang disebut biofilm, yakni rangkaian koloni mikroorganisme seperti lendir bakteri.“

Koloni bakteri bersel satu itu akan diteliti lebih intensif lagi di laboratorium. Christa Schleper hendak mengenali bakteri apa yang ada dalam koloni itu? Bagaimana caranya mereka tetap bisa hidup di dalam gua yang tandus seperti itu? Dan produk metabolisme apa yang mereka buang? Dengan mata yang terlatih, para ilmuwan itu pelan-pelan menelusuri dinding gua kapur bersangkutan. Dan menemukan noktah hitam pada batuan. Christa Schleper mengatakan, inilah biofilm yang dimaksud, yang akan diambil sampelnya.

Dengan menggunakan semacam sendok dari logam, pakar mikrobiologi ini mengerok lapisan bakteri berwarna kelabu dari atas batuan, dan memasukkannya ke dalam tabung plastik suci hama. Yang amat menarik dalam mikrobiologi, sebagian besar mikroorganisme ini belum kami kenal“, ujar Schleper.

sumber:Radio Jerman Deutche Welle