Selasa, 17 Februari 2009

Penyesalan Tidak Pernah Datang Diawal...

Ini adalah kisah tentang seorang pemuda anak seorang kaya raya yang hampir menamatkan kuliahnya disebuah perguruan tinggi. Selama bertahun-tahun ia telah membayangkan bahwa saat di wisuda nanti ia akan mendapatkan hadiah spesial dari ayahnya. Ia sangat yakin bahwa ayahnya akan menghadiahi ia sebuah mobil sport seperti yang selama ini ia impikan.

Hari yang dinanti-natikan itupun pada akhirnya tiba dan pemuda itu dengan penuh kegirangan menunggu kejutan ayahnya. Ia sudah membayangkan bagaimana ia mengendarai mobil sport baru idamannya.

Benar saja, setibanya dirumah sang ayah memanggil pemuda tersebut keruangan pribadi ayahnya. Ayahnya mengatakan bahwa betapa bangganya beliau mempunyai anak yang begitu baik dan telah berhasil menyelesaikan kuliahnya dan menyatakan bahwa betapa ia mencintainya. Ia menyalami anaknya itu dan menyerahkan sebuah bungkusan yang indah dan meminta anaknya membuka bungkusan tersebut. Dengan pelan-pelan bungkusan itupun ia buka, Ketika bungkusan dibuka, ia yang yakin bahwa hadiah itu berhubungan dengan mobil sport idamannya menjadi kecewa manakala pembungkus kado itu terbuka, karena yang ia lihat adalah ’hanya’ sebuah Al-Qur’an dengan sampul indah terbuat dari kulit bersulam emas dan terukir namanya disana.

Dengan marah, ia berteriak pada ayahnya dan mengatakan “orang tua kaya raya semacam ayah, hanya menghadiahi anaknya sebuah Qur’an?” Ia sama sekali tidak bisa menerima kenyataan itu dan tanpa sempat menyentuh Al-Qur’an tersebut iapun keluar dari kamar ayahnya dengan penuh amarah, pergi meninggalkan rumah dan tidak kembali lagi.

Tahun demi tahunpun berlalu dan pemuda itu telah tumbuh menjadi orang yang sangat sukses didalam bisnisnya. Ia telah berkeluarga, memiliki anak dan tinggal dirumah pribadi yang sangat mewah. Suatu hari disaat ia memperhatikan anak-anaknya bermain riang dia mulai kembali teringat akan kasih sayang orangtuanya dulu. Ayah tentulah sudah sangat tua saat ini, pikirnya. Mulai timbul penyesalan akan sikapnya selama ini yang sama sekali tidak mempedulikannya lagi, semenjak ia meninggalkan rumah.

Disaat ia berpikir-pikir untuk mengunjungi ayahnya, tiba2 ia menerima khabar bahwa ayahnya telah meninggal dan ia diminta untuk pulang untuk mengurus harta warisan orangtua yang kesemuanya telah diwasiatkan untuk menjadi miliknya.

Dengan penuh kesedihan dan penyesalan iapun tiba dirumah ayahnya. Ia tertegun saat memperhatikan dokumen-dokumen milik ayahnya karena disana ia menemukan Al-Qur’an yang dulu ayahnya hadiahkan kepadanya.Masih kelihatan seperti waktu ia meninggalkan tempat itu. Dengan berurai air mata penyesalan ia pegang Al-Qur’an itu dan mulai membuka-bukanya.

Ia tertegun membaca sebuah ayat yang telah digaris bawahi ayahnya, saat ia membaca kalimat itu,sebuah kunci mobil jatuh dari bagian belakang Qur’an, dengan label nama sebuah dealer mobil yang adalah nama dealer mobil sport dimana hampir setiap hari dulu ia memperhatikan mobil idamannya itu. Tanggal yang tercantum dalam label itu adalah tanggal pembelian mobil sport yang adalah sama persis dengan tanggal dimana ia diwisuda. Terbaca disana tulisan tangan ayahnya ”hadiah sesuai keinginannmu, ayah bayar tunai!”.

***
Seperti pemuda itu, betapa kitapun telah banyak kehilangan berkah Allah disebabkan oleh karena kita hanya fokus pada apa yang kita inginkan saja dan selalu abai pada hal-hal yang kita anggap kecil dan sepele. Sebagaimana dalam cerita tadi mungkin saja apa yang kita minta itu Allah berikan dalam kemasan yang tidak menarik kita dan kita terlanjur kecewa, padahal justru dibalik kemasan yang tidak menarik itulah apa yang kita inginkan telah menanti!
Wallahu'alam

1 komentar: